Akhir-akhir ini, saya sering banget bercakap-cakap dengan para tetangga pria di rumah. Yah, apalagi yang dibicarakan selain pekerjaan dan UANG yang berhasil mereka raup dari jerih payah mereka bekerja.
Tetangga depan, sebut saja dengan YN, pernah mengumbar soal betapa pekerjaannya sebagai freelance (yang notabene bebas) telah memberikannya kehidupan layak, walaupun tidak mewah. Ya, setidaknya YN punya satu rumah dan tiga kontrakan untuk mencukupi tiga anak dan satu istrinya.
Berapa dia mengaku pada saya soal pendapatan yang membuat "dapur"-nya terus mengepul?
"Saya lebih suka begini (bekerja seperti sekarang maksudnya) daripada kerja kantoran. Gini-gini saya menghasilkan 10 juta."
Saya cuma dengerin perkataannya sambil mesam-mesem. Di dalam hati saya menghela napas. Tanda ketidakyakinan soal ucapannya. Yeah, bagaimana bisa pendapatan 10 juta, membayar makanan siap saji yang dibeli dari saya masih hutang sejak sebulan lalu? Aneh kan?
Kemudian, tetangga sebelah rumah kontrakan persis. Sebut saja namanya RJN. Dia ini tukang bor sumur. Kalau cerita dia tak seperti YN. Gayanya lebih rendah. Namun, tetap berupaya menampilkan fakta nominal yang diperoleh. Yang katanya jika tidak dihabiskan untuk perempuan bisa buat rumah, beli mobil, dan lain sebagainya.
"Kalau cuma beli tanah "bangsa" 100 jutaan, pasti kebeli, Lih," akunya.
Saya sih percaya saja sama RJN. Toh, saya juga nggak ngelihat kuitansi atau buku tabungannya. Atau apapun yang menunjukkan semua ucapannya. Semua yang dikatakan kan hanya OMONGAN.
*
Saya kembali berpikir, benarkah saya gagal karena tidak bisa menyamai mereka dalam hal pendapatan?
Saya tidak sedang ingin membanding-bandingkan. Tapi, coba deh dirasakan dan diimajinasikan, bagaimana seandainya ada seorang kawan kalian yang membicarakan hal tersebut di depan muka kalian. Yeah, membicarakan tentang kehebatan mereka sendiri maksudnya.
Satu hal yang perlu kalian catat: Saya tidak gagal. Karena, saya TIDAK PERLU TERINTIMIDASI OMONGAN tersebut!
Bagi saya, tak peduli sehebat apapun orang lain, yang penting saya melakukan APA YANG SAYA SUKA DAN MEMBUAT BAHAGIA. Terserah orang mau melakukan hal apapun juga dan menghebatkan dirinya sendiri.
Melakukan apa yang kita sukai dan membuat bahagia jauh lebih menyenangkan dan menentramkan jiwa ketimbang terintimidasi tentang kehebatan orang lain.
No comments:
Post a Comment